1. Prinsip-prinsip Dasar
Diantara prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran bahasa berdasarkan kajian psikologis adalah:
a. Prinsip Kesiapan ( الاستعداد النفسي )
Proses belajar mengajar bahasa sangat dipengaruhi oleh prinsip kesiapan yaitu kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik–psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan dirinya dapat melakukan kegiatan belajar. Biasanya kalau beberapa tahap dapat dilalui oleh peserta didik maka ia siap untuk melaksanakan suatu tugas khusus
Berdasarkan prinsip kesiapan belajar tersebut dapat dikemukakan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran bahasa, antara lain :
Siswa dapat belajar dengan baik apabila materi yang diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan ( kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang pengalamannya). Dengan demikian, guru dituntut untuk bisa memilih dan meramu materi yang akan disampaikan kepada siswa yang sesuai dengan kondisinya.
Kesiapan belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan untuk menerima sesuatu yang baru dalam membentuk atau mengembangkan kemampuan yang lebih matang. Maka, bahan dan tugas–tugas belajar akan sangat baik kalau disusun dan divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa yang kan belajar.
b. Prinsip Motivasi (( التشويق
Menurut Morgan yang dikutip dalam bukunya Muhaimin ( 2001:138 ) dijelaskan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu diperhtikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bahsa yaitu :
1). Memberikan dorongan
Kegiatan seseorang akan terdorong kearah suatu tujuan tertentu apabila ada kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tanpa paksaan.
2). Memberikan Insentif
Tujuan yang jelas menyebabkan seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Hanya saja, pencapaian akan lebih mudah dan efektif jika dia berikan insentif tertentu, seperti hadiah, pujian, penghargaan nilai.. Dalam kegiatan belajar bahasa arab juga diperlukan insentif untuk lebih meningkatkan motiasi belajar siswa. Dalam hal ini insentif yang diberikan tidak bisa berupa materi, atau penghargaan sesuai dengan kadar kemampuan yang telah dicapai.
3). Motivasi Berprestasi
Setiap orang mempuanyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi. Mc Clelland (dalam Carleson,1986) mengemukakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari tiga variabel yaitu:
(1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil;
(2) prestasi tertinggi tentang nilai tugas dan
(3) kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksasan
4). Motivasi Kompetensi
Setiap siswa memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar tidak dapat dilepaskan dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuan dan penguasaannya pada yang lain. Karena itu menurut Worell dan Stilwell (1981) diperlukan : (1) ketrampilan mengevaluasi diri, (2) penilaian yang jelas bagi peserta didik, (3) penguatan harapan untuk sukses, (4) patokan keberhasilan dan (5) optimalisasi pencapaian tujuan.
c. Prinsip Perhatian ( الانتباه )
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan, yaitu:
(1) berorientasi pada suatu fokus masalah;
(2) meninjau sepintas isi masalah ;
(3) memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang relevan dan
(4) mengabaikan stimuli yang idak relevan
Dalam proses pembelajaran bahasa, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam kegiatan siswa . Kalau siswa mempunyai perhatian yang besar terhadap materi yang disajikan atau dipelajari, ia dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut sekiranya dapat menunjang kegiatan belajar . Perhatian yang tumbuh dalam diri siswa dapat berperan untuk:
(1) mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan
(2) melihat masalah-masalah yang akan diberikan
(3) memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan dan
(4) mengabaiakan hal-hal lain yang tidak relevan.
d. Prinsip Persepsi ( الإدراك الحسّي )
Menurut Fleming dan Levie (1981) Presepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari linkungannnya Presepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur kognitif seseorang. Presepsi bersifat relative, selektif, dan teratur. Karena itu sejak dini kepada peserta didik perlu ditanamkan rasa memiliki presepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang dipelajari .
Untuk membentuk presepsi yang akurat mengenai stimuli yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan, perlu ada latihan-latihan dalam bentuk dan situasi yang bermacam-macam agar peserta didik tetap dapat mengenal pola stimuli itu, meskipun disajikan dalam bentuk baru.
e. Prinsip Retensi ( استبقاء )
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah sesorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam stuktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan . Karena itu retensi sangat membantu dan menentukan hasil dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran perlu diperhatiakan prinsip-prinsip untuk meningkatkan retensi belajar seperti yang diungkapkan dari hasil temuan Thomburg (1984) yang menunjukkan bahwa :
(1) Isi pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan isi pembelajaran yang tidak bermakna;
(2) benda yang jelas dan konkrit akan lebih mudah dingat dibandingkan dengan benda yang bersifa abstrak;
(3) retensi akan lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat kontekstual dan serangkaian kata-kata yang mempunyai kekuatan yang asosiatif dibandingkan dengan kata-kata yang tidak memiliki kesamaan internal.
f. Prinsip Transfer ( الانتقال )
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarati mengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan atau ketrampilan yang diajarkan disekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau pekerjaan yang akan dihadapi kelak. Transfer belajar berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, ketarmpilan, kebiasaan, sikap atau respon-respon lain dari suatu situasi ke dalam situasi lain.
Ada beberapa bentuk transfer, yaitu (1) transfer positif, terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu atau mempermudah kinerja siswa dalam melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. (2) Transer negatif terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya menghambat atau mempersulit kinerja siswa dalam tugas-tugas baru dan (3) transfer nol terjadi apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnnya tidak mempengaruhi kinerja dalam tugas-tugas barunya.
2. Prinsip-prinsip Strategis Dalam Pembelajaran
Selain prinsip-prisip mendasar yang diuraikan di atas, perlu diperhatikan pula beberapa prinsip strategis sebelum berlangsungnya kegiatan pembelajaran bahasa, agar segala kegiatan yang akan terjadi dapat mencapai sasaran yang diharapkan.
- Memperhatikan prioritas penyajian ( أولية التقديم )
Dengan prinsip ini, hendaklah guru ketika menyampaikan materi pelajaran, khususnya, pelajaran bahasa lebih mendahulukan materi-materi yang dianggap lebih penting sebelum materi yang lainnya agar proses pembelajaran lebih cepat mencapai sasaran dan tujuan.
Menurut aliran modern, dalam pembelajaran bahasa terdapat beberapa hal yang harus diprioritaskan dalam penyajiannya diantaranya adalah keterampilan mendengar dan berbicara sebelum keterampilan membaca dan menulis.
Menurut aliran modern, hendaklah terlebih dahulu diajarkan kepada siswa bagaimana mendengar dan berbicara dengan baik, kemudian diajarkan membaca dan menulis. Cara seperti ini dalam pengajaran bahasa dikenal dengan metode Aural-Oral Approach ( السمعية الشفوية مدخل ). Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa bahasa lebih tampak pada aspek bicara. Dalam bicara tercermin aspek-aspek pengucapan yang meliputi irama, aksentuasi, intonasi, waktu jeda, menyambung dan hal-hal lain yang termasuk karakteristik ponetik. Sedangkan dalam menulis aspek-aspek tersebut tidak tampak.
Prinsip ini tidak berarti mengabaikan keterampilan bahasa yang lain, sehingga menganggap cukup dengan menerapkan metode Aural-Oral Approach, akan tetapi hanya ingin lebih mendahulukan keterampilan mendengar dan berbicara sebelum keterampilan membaca dan menulis.
Pengajaran mendengar dan berbicara memerlukan latihan pemberdayaan telinga, latihan mengucapkan dan latihan meniru. Latihan pemberdayaan telinga dan pengucapan hendaknya dimulai sejak tingkat permulaan dalam pengajaran bahasa Arab, jangan ditangguhkan sampai tingkat yang lebih tinggi, karena bisa membuat siswa memperoleh kebiasaan buruk dalam pengucapan dan sulit untuk dihindari.
Menurut tinjauan psikologis kemampuan berabahasa itu berbeda antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa yang pertama fitrah kemampuan kebahasaan itu masih dimamis dan peka, sehingga sangat mudah untuk belajar bahasa. Sedangkan pada masa dewasa keadaannya statis dan tersembunyi, membutuhkan latihan-latihan intensif dan usaha-usaha untuk membangkitkan dan mengembangkan kemampuan kebahasaan tersebut dengan latihan pendengaran dan pengucapan yang alamiah.
- Memeperhatikan Kecermatan ( الدقّـة )
Kecermatan maksudnya adalah mengajar bahasa dengan metode atau cara-cara yang dapat menghindari siwa dari sesuatu yang mengakibatkan terbentuknya kebiasaan yang salah di dalam menggunakan bahasa kedua. Yakni kecermatan dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa, pemakaian bentuk kkata, struktur kalimat dan gaya bahasa. Tidak termasuk cermat apabila bahasa sastra dipakai dalam konteks formal, atau sebaliknya bahasa 'amiyah dipakai dalam konteks percakapan formal, demikian pula memakai gaya bahasa yang tidak dikenal di kalangan pemiliknya sendiri. Di dalam memberi contoh misalnya, hendaklah guru memakai contoh penggunaan bahasa yang memang berlaku dalam bahasa tersebut.
- Membentuk Kebiasaan ( التعويد )
Belajar bahasa menurut prinsip ini adalah membentuk kebiasaan baru bagi para siswa. Sementara siswa sendiri telah memiliki kebiasaan dalam memakai bahasa pertama (ibu). Kebiasaan lama dalam bahasa ibu ada yang berguna bagi siswa dalam mengemabangkan kebiasaan yang baru itu. Maka menurut prinsip ini, studi konstrastif antara bahasa pertama dengan bahasa kedua sangat penting sehingga dapat ditentukan pola-pola sebagai kebiasaan. Hendaknya latihan pola-pola kalimat dilakukan untuk membentuk kebiasaan melalui praktek pola atau تدريبات الأنماط Misalnya, siswa dibiasakan latihan tarkib: washfiyyah, taukidiyyah, badaliyyah, 'athafiyyah, 'adadiyyah dan sebagainya.
- Penyajian Bertahap ( الدرجيّة)
Guru hendaknya membawa siswanya dari sesuatu yang telah diketahui kepada yang belum diketahui dengan langkah-langkah yang mudah. Suatu langkah yang diambil harus merupakan landasan dan persiapan bagi langkah berikutnya. Hal ini berlaku baik dalam mengajarkan mufrodat maupun kaidah-kaidah. Misalnya dalam mengajarkan mufrodat, hendaknya dipilih mufradat atas dasar kepopuleran, kemanfaatan dan kemudahan. Termasuk petunjuk bertahap hal-hal berikut:
a. Melatih pendengaran sebelum penglihatan, dalam arti sebelum membaca secara tertulis, siswa harus sudah mengenalnya dengan baik melalui pendengaran.
b. Menerima (reception) sebelum mengungkapkan (expression).
c. Mengulang-ngulang pengucapan sebelum bacaan.
d. Pengungkapan terbimbing sebelum pengungkapan bebas.
Prinsip ini disebut pula dengan istilah "Pola-pola bertahap". Prinsip ini didasarkan pada pandangan ilmu bahasa yang mengatakan bahwa bahasa sebagai suatu struktur. Mengajar suatu bahasa adalah menanamkan suatu sistem baru dan kebiasaan yang serba komplek, yang di dalamnya terdapat pola-pola tertentu. Pola-pola ini hendaknya ditanamkan dan dilatih secara perlahan dalam langkah komulatif dan bertahap. Ada beberapa pernyataan yang bisa dijadikan acuan, antara lain:
(a) Mulailah dengan kalimat-kalimat, bukan dengan kata-kata, dan susunlah urutan materi atas dasar pola-pola kalimat. Apabila akan mengajarkan kata-kata baru dalam bahasa Arab, maka hendaklah kata-kata itu dipergunakan dlam kalimat, supaya siswa memakai kata-kata itu pada tempatnya.
(b) Perkenalkanlah unsur-unsur bagian kalimat berdasarkan jabatannya, seperti; mubtada, khabar, fa'il dan sebagainya dalam rangka menjelasakan hubungan fungsional antara kata-kata dalam kalimat tersebut.
(c) Tambahkanlah unsur pola baru pada pola sebelumnya, hal ini untuk lebih mengembangkan pola-pola kalimat dan menambah kekayaan dalam menyusun struktur kebahasaan yang dapat dikuasai oleh siswa.
(d) Sesuaikan pelajaran yang sulit-sulit dengan kemampuan para siswa. Setiap materi kebahasaan memiliki tingkat kesulitan yang beragam, demikian pula kafasitas kemampuan siswa dalam menguasainya ada keterbatasan pula. Dengan demikian hendaklah penyampaian materi kebahasaan disesuaikan dengan daya serap dan kemampuan siswa.
e. Ciptakan Keseimbangan ( التوازن)
Kemampuan berbahasa -termasuk bahasa Arab- merupakan keterpaduan antara keterampilan mendengar ( الاستماع ), berbicara ( الكلام ), membaca ( القراءة ) dan menulis (الكتابة ). Dalam proses pemebalajaran bahsa setiap keterampilan bahasa yang empat itu hendaknya diberikan sesuai dengan kepentingannya, yang satu tidak mengalahkan yang lain, meskipun bobotnya tidak harus sama Demikian pula halnya dalam materi pelajaran, hendaklah diberikan secara seimbang materi tata bunyi ( وحدات صوتية ), satuan dan bentuk kata ( بنية الكلمات ), struktur ( التراكيب والجملة ) dan makna ( الدلالة ). Dalam pengajaran bahasa, setiap aspek ini harus diperhatikan, sehingga kemampuan kebahasaan siswa berkembang secara utuh.
e. Perhatikan Kekongkritan ( الصّلابة )
Pengajaran bahasa hendaknya lebih banyak menampilkan contoh-contoh daripada teori dan penjelasan. Contoh harus dimulai dari sesuatu yang nyata atau kongkrit sebelum kepada sesuatu yang abstrak. Menjelaskan materi sebisa mungkin dengan sesuatu yang nyata dalam kehidupan, dan memberi pengertian dengan mengulang-ngulang contoh. Mirip dengan prinsip ini adalah prinsip "praktek", yakni bahwa kebanyakan waktu belajar harus digunakan dalam mempraktekan bahasa. Para ahli ilmu bahasa telah menegaskan pentingnya praktek dalam pengajaran bahasa melalui pola-pola praktis.
g. Arahkan Minat ) إثارة التشويق)
Dalan pengajaran harus digunakan dan diberdayakan hal-hal yang dapat membangkitkan minat, motivasi, dan kegairahan pada diri siswa untuk mencapai keberhasilannyam. Hala-hal yang dapat membangkitkan minat antara lain:
(a) Menghindari hal-hal yang menimbulkan keraguan
(b) Menumbuhkan perasaan kemampuan diri/percaya diri
(c) Memberikan semangat kompetisi yang sehat
(d) Memasukkan unsur permainan
(e) Menciptakan hubungan kependidikan antara guru dan murid
(f) Variasi dalam penggunaan metode
h. Perhatikan Perkembangan dan Kemajuan ( التنمية والتقدم )
Dengan prinsip ini, pemilihan materi hendaklah atas dasar perkembangan dan kemajuan. Artinya guru mengetahui bahwa materi yang dipilihnya dalam satu sesi pelajaran merupakan kelanjutan dari dan dasar bagi materi yang lainnya. Misalnya, materi mendengar dan berbicara lebih didahulukan dari membaca dan menulis, materi bentuk-bentuk kata lebih didahulukan sebelum materi struktur atau kalimat.
i. Usahakan Multi Pendapatan ( تكامل النتيجة )
Pembelajaran bahasa bersifat kumulatif dan integratif karena melibatkan berbagai aspeknya, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi yang cocok sepanjang membawa efektifitas dan efesiensi pada pencapaian keberhasilan belajar yang optimal. Prinsip ini menganjurkan mengambildan memberdayakan hal-hal yang baik dari berbagai pendekatan, tidak kaku dengan satu pendekatan. Ajarkanlah bahasa Arab untuk mendapatkan hasil belajar, bukan untuk menggembirakan atau sekedar menghibur. Pengajaran yang menunjukkan ahsil yang baik itulah yang efektif, bukan pengajaran yang paling menghibur. Orientasi dalam pembelajaran bahasa Arab adalah orientasi hasil, berupa pencapaian keterampilan berbahasa dan penguasaan aspek-aspek kebahasaan. Oleh karena itu dalam prosesnya harus terwujud berbagai usaha yang mengarah pada multi hasil. Untuk mencapai hal ini hendaklah guru mampu menggunakan berbagai pendekatan ( المدخل ), metode ( الطريقة ) dan strategi ( الأساليب ) yang dipandang cocok untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Daftar Pustaka
A. Chaedar Alwasilah, Sosiologi Bahasa, Angkasa, Bandung , 1985
Abdul Majid Ahmad Mansur, 'Ilmu al-Lughat al-Nafsi, Jami'atul Malik Su'ud , Saudi Arabia , 1982
Abdul Mu'in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dab Bahasa Indonesia, Pustaka
Al-Husna baru, Jakarta , 2004
Ahmad Fuaf Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Misykat, Malang , 2003
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Humaniora, Bandung , 2004
Soejono Dardjowidjajo, Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
Yayasan Obor Indonesia , Jakarta , 2003
Hasan Madhi Hasan, al-Lughat wa al- Tafkir , Darul Fikr, Bairut, Libanon, 1994
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, Surabaya , 1992
M. 'Ali Al-Khuly, Asaalib Tadris al-Lugfhah al-'Arabiyah, Mamlakah 'Arabiyah
al-Su'udiyah, Riyadh ,1989
Shalah A. Majid al-'Araby, Ta'allum Lughah Hayat Wa Ta'limuha, Maktabah Lubnan, Libanon,1981
Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing; Sebuah tinjauan dari segi Metodologi, Bulan Bintang, Jakarta , 1975